Kemunculan aktor non-negara dan banyaknya isu non-tradisional telah menyebabkan dibutuhkannya pendekatan baru dalam bidang diplomasi. Salah satu bidang tersebut adalah gastrodiplomasi yaitu jenis diplomasi publik yang menggunakan budaya kuliner sebagai daya tarik dan media diplomasi. Budaya kuliner dianggap mengandung citra negara dan mampu merepresentasikan negara dengan cara yang lebih halus dan mampu diterima oleh masyarakat. Berdasarkan penjelasan tersebut tulisan ini berfokus pada bagaimana budaya kuliner mampu mengenkapsulasi identias sebuah negara dan menjawab mengapa budaya kuliner dapat diterima dengan baik oleh masyarakat bahkan mampu mengubah citra. Penulis akan memberikan contoh penerapan gastrodiplomasi oleh Republik Korea dan Thailand sebagai contoh dan perspektif. Thailand dipilih karena negara pertama yang menerapkan gastrodiplomasi secara resmi sedangkan Republik Korea dipilih karena negara terbaru yang melakukan gastrodiplomasi. Pemaparan mengenai praktek gastrodiplomasi kedua negara tersebut dapat memberikan gambaran mengenai bagaimana identitas suatu negara ada dalam sebuah kuliner dan bagaimana gastrodiplomasi yang dilakukan mampu mempengaruhi opini publik. Riset ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik studi pustaka. Temuan dari riset ini yaitu bahwa dalam unsur-unsur yang terdapat dalam budaya kuliner adalah nilai-nilai dan budaya suatu bangsa. Praktek gastrodiplomasi yang dilakukan kedua negara mampu diterima oleh masyarakat karena wujudnya yang cenderung tidak intimidatif yang pada akhirnya mampu merubah atau mempengaruhi opini publik.