Grey water secara kuantitas dan karakteristik berpotensi menjadi sumber air baku alternatif, sehingga perlu dilakukan pengolahan. Metoda pengolahan grey water yang tepat diimplementasikan di Indonesia adalah constructed wetlands karena keragaman vegetasi, kesederhanaan konstruksi, fleksibel, mudah dan murah dalam pengoperasian dan pemeliharaan serta bernilai estetika. Vegetasi pereduksi pencemar dalam grey water yang digunakan pada penelitian ini adalah melati air karena mudah tumbuh, tidak memerlukan perawatan yang khusus, dan dari beberapa penelitian terbukti efektif dalam menurunkan BOD dan COD. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati pengaruh waktu detensi dan kondisi sistem constructed wetlands dalam penurunan pencemar BOD dan TSS pada grey water oleh tumbuhan melati air. Waktu detensi grey water dalam reaktor constructed wetlands, meliputi 3 hari, 4 hari, 5 hari, 6 hari dan 7 hari. Kondisi reaktor constructed wetlands meliputi reaktor kontrol tanpa melati air (CW 1); reaktor dengan melati air berbunga (CW 2); reaktor dengan melati air berdaun kurang dari (<) 20 helai daun (CW 3) dan reaktor dengan melati air berdaun lebih dari (>) 20 helai daun (CW 4). Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa waktu detensi dan kondisi reaktor sangat berpengaruh terhadap penurunan BOD dan TSS. Konsentrasi efluen BOD dan TSS menurun dengan bertambahnya waktu detensi. Adapun berdasarkan kondisi reaktor constructed wetlands, disimpulkan makin banyak jumlah daun maka makin rendah efluen BOD dan TSS. Konsentrasi BOD dan TSS secara berurut berkisar (1, 6–3, 22) mg/L) dan (0,003–0,147) mg/L.