The rise of 2020 regional electoral participation in the middle of Covid-19 is a continuation of the participation stability trend in the Indonesia election. This increment is in contrast to the democratic condition in Indonesia, which is deteriorating. The rise of participation is not affected by the actual conditions of COVID-19, it's occurred in areas with a high number of Covid-19 cases. Many electoral organizers and candidates have reportedly been exposed to coronavirus. The public perception improvement of regional electoral implementation and trust to the government achievement to handle pandemics support the rise of participation. But perception is not a single explanation. The reinforcing factors at a local level are a strong explanation for this. the different variant levels of participation in each region are determined by the intensity of competition and local political issues. This is closely related to political mobilization, voter character, and the rise of money politics. This research shows the failure of a thesis that high participation is linear with the level of democracy quality. The models of voting behavior also fail to explain why voter enthusiasm increases when economic conditions worsened due to the pandemic.

Abstrak Peningkatan partisipasi dalam pilkada serentak 2020 di tengah bahaya Covid-19 merupakan kelanjutan dari pada tren partisipasi yang stabil dalam pemilu di Indonesia. Peningkatan ini bertolak belakang dengan kondisi demokrasi di Indonesia yang justru sedang memburuk. Peningkatan ini tidak dipengaruhi oleh kondisi perkembangan Covid-19 yang sesungguhnya. Peningkatan justru terjadi di daerah-daerah dengan jumlah kasus Covid-19 yang tinggi. Banyak penyelenggara pemilu dan kandidat dilaporkan telah terpapar virus. Membaiknya persepsi publik terhadap pelaksanaan pilkada dan kepercayaan pada pemerintah dalam penanganan pandemi mendukung meningkatnya partisipasi. Tetapi persepsi bukanlah penjelasan tunggal. Faktor-faktor yang menguat di tingkat lokal adalah penjelasan yang kuat untuk hal ini. Varian tingkat partisipasi yang berbeda-beda pada tiap daerah ditentukan oleh intensitas kompetisi dan isu politik lokal yang berkembang. Hal ini terkait erat dengan mobilisasi politik, karakter pemilih, dan maraknya politik uang. Riset ini menunjukkan gagalnya tesis linearitas partisipasi yang tinggi dengan tingkat kualitas demokrasi. Model perilaku pemilih juga gagal menjelaskan mengapa di saat kondisi ekonomi memburuk akibat pandemi, antusiasme pemilih justru meningkat.