Tulisan ini membahas kerangka filosofis penelitian artistik berbasis praktik bagi disiplin seni rupa dan desain yang membedakannya dari penelitian ilmu alam dan sosial. Paradigma penyelidikan artistik diilustrasikan dengan peranan praktisi sebagai peneliti yang subjektivitas, keterlibatan, dan reflektivitas itu diakui, dan bahwa pengetahuan dinegosiasikan, hasil dari inter-subjektivitas, terikat dengan konteks, dan merupakan konstruksi personal. Objek visual telah menghabiskan banyak energi fisik dan emosional dalam melihatnya dan pastinya hal itu memainkan peran sentral dalam budaya abad ini. Oleh karena itu, disarankan agar tugas meneliti dapat menjadi bagian dari kebutuhan pengalaman, untuk menginspirasi, atau untuk membangun sebuah profesi secara kolektif. Belakangan ini penelitian sebagai sebuah penciptaan pengetahuan telah menarik dan meningkat perhatiannya di bidangseni kreatif. Namun demikian, ditegaskan bahwa ada dasar yang melandasi suatu penelitian dilakukan, yaitu setidaknya beberapa asumsi filosofis yang implisit darinya, seperti pemahaman dasar atas realitas (ontologi), dan cara untuk mengetahui dan menjustifikasinya (epistemologi). Dengan mengemukakannya secara eksplisit, diyakini kehati-hatian dalam mempertimbangkan hal tersebut akan memberi manfaat praktis dalam menjalankan penelitian seni dan desain. Dalam hal itu, pada makalah ini dipaparkan pandangan ontologism Heidegger dan juga epistemologi seni Merleau-Ponty–yang dikembangkan lewat pendekatan fenomenologi–sebagai landasan filosofis yang dapat mendasari paradigma penelitian artistik dalam distingsinya dengan pendekatanobjektivistik yang terlanjur identik dengan penelitian pada umumnya.