Jangan-jangan sebagian dari kita menjalani dua dunia berbeda. Berjumpa di luring semua tampak baik-baik saja, suasana adem ayem. Keramahan antarwarga bahkan sangat menonjol, apalagi selama pandemi. Namun ketika ada suatu berita daring, jari jemari kita sangat gatal merespon, menuangkan apa saja yang dianggap benar, reaktif terhadap informasi yang berseberangan dengan kita. Pandemi tak saja memantik kepedihan sosial di semua kalangan, tetapi juga menyulut medsos. Mengapa begitu? Di manakah keramahan bangsa kita?
Di tengah kekhawatiran global terkait penyebaran wabah COVID-19, muncul pula bentuk kecemasan lain yang diakibatkan oleh begitu banyaknya hoax dan informasi yang tidak benar seputar COVID-19. Pandemi COVID-19 merupakan topik yang ramai didiskusikan dan diperdebatkan di ruang publik, secara khusus di ruang siber (internet dan media sosial). Ruang siber kemudian menjadi arena pertarungan wacana antara kelompok (termasuk kelompok keagamaan) yang melihat COVID-19 sebagai sebuah persoalan yang nyata dan perlu segera diselesaikan, melawan kelompok yang berpendapat bahwa pandemi COVID-19 merupakan sebuah konspirasi yang disebarkan oleh pihak-pihak tertentu yang berbasis pada kepentingan ekonomi dan politik. Pertarungan wacana ini menyebabkan begitu banyaknya informasi yang berseliweran di ruang siber, secara khusus hoax, mis-informasi dan juga dis-informasi terkait situasi pandemi COVID-19 yang kemudian dikenal dengan istilah infodemik. Penyebaran infodemik di tengah masyarakat telah menimbulkan kepanikan, kebingungan dan ketidakpercayaan terhadap kebijakan-kebijakan yang diambil dalam upaya mengatasi penyebaran COVID-19.