Lahirnya varietas baru manusia, yaitu Homo Ingenium Praeter Impius yang sama sekali berbeda dari kodratnya merupakan tantangan yang menajamkan kepentingan hadirnya buku ini. Kelahiran Homo Ingenium Praeter Impius ini sebagai konsekuensi dari penentangan Gereja terhadap pengetahuan pada abad ke-16-17. Gereja yang beserta seluruh inkuisisinya saat itu dapat melakukan kekerasan bila ada yang mencoba mengubah dogma yang dipegang. Ciri-ciri mereka adalah tidak memiliki hati nurani, memiliki rasional instrumental yang dipergunakan untuk membunuh hati nurani, empiris, nihilis, pragmatis, genius, dan memiliki religiusitas pengetahuan. Buku ini bertujuan memberikan sumbangan pemikiran atas upaya internalisasi nilai-nilai Kristen dalam memperkokoh jati diri Kristiani, di tengah-tengah tantangan budaya postmodern yang menerpa kehidupan masyarakat Kristen saat ini. Nilai-nilai Kristen tersebut diambil dari Galatia 5: 22-23, yang dikenal dengan istilah buah Roh. Nilai-nilai tersebut dijadikan patokan karena seseorang dikatakan Kristen apabila ia telah dilahirkan kembali (Yohanes 3: 3-5). Konteks (needs) penulisan buku ini adalah, di era postmodern muncul empat proses yang dapat mengikis identitas atau jati diri kristiani. Akibatnya, moralitas seorang Kristen tidak berbeda lagi dari masyarakat umum. Padahal seorang Kristen dituntut untuk hidup sesuai dengan jati diri Kristen (Kolose 3: 1-17) atau moralitas Kristus.