Tulisan ini secara khusus mengekplorasi peran keluarga dalam membentuk identitas gender waria dan bagaimana gender waria mengarah kepada orientasi seksual mereka. Penelitian ini dilakukan di Yogyakarta dengan metode penelitian kualitatif. Data diperoleh dengan menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Subjek dalam penelitian ini berjumlah enam orang waria, kemudian data penelitian ini dianalisis dengan merujuk pendapat Miles dan Huberman yakni reduksi data, penyajian data dan membuat kesimpulan. Penelitian ini menunjukkan bahwa keluarga mempunyai peran dalam membentuk identitas waria baik secara tidak langsung dan secarang langsung. Secara tidak langsung dengan memberikan mainan yang tidak sesuai dengan gender, memberikan bullying dengan panggilan banci. Peran keluarga secara langsung yaitu dengan mengarahkan anak untuk menjadi waria, karena dalam beberapa kebudayaan waria dianggap sebagai seseorang yang sakral. Selanjutnya penelitian ini juga menunjukkan bahwa secara seksual waria adalah seorang laki-laki, sedangkan secara orientasi seksual mereka menyukai kepada laki-laki juga sehingga waria dikategorikan sebagai homoseksual. Hal ini karena mereka memahami bahwa mereka