Jagung merupakan salah satu tanaman pangan penghasil karbohidrat dan protein selain beras. Seiring dengan berkembangnya industri pangan dan pakan, kebutuhan jagung terus mengalami peningkatan. Faktor pembatas dalam peningkatan produktivatas jagung adalah adanya serangan organisme pengganggu tanaman (OPT), terutama serangan hama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan artropoda pada pertanaman jagung dan pengelompokan berdasarkan perannya serta analisis pengaruh praktek budidaya terhadap kelimpahan arthopoda. Penelitian dilakukan di Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor, Kota Bogor Barat, Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret-Mei 2019. Pengamatan arthropoda pada pertanaman jagung dilakukan secara reguler mulai dari fase vegetatif yaitu 3 minggu setelah tanam (mst), 5 mst, dan 7 mst, sampai fase generatif (menjelang panen jagung). Pengambilan sampel arthropoda dilakukan dengan melihat atau mengamati secara langsung (In situ), menggunakan lubang perangkap (Pitfall trap), dan menggunakan jaring serangga (Sweep net). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada stadia vegetatif serangga herbivor yang banyak ditemukan adalah ulat grayak (Spodoptera litura) dan belalang (Oxya sp.), sedangkan pada fase generatif penggerek tongkol (Helicoverpa armigera) dan penggerek batang jagung (Ostrinia furnicalis) mendominasi. Selain hama, musuh alami terutama predator yang banyak ditemukan adalah laba-laba, semut dan kumbang. Berdasarkan perannya, komposisi artropoda dimulai dari yang terbanyak adalah predator (41%), Herbivor (29%), parasitoid (6%) dan serangga lainnya (24%). Kelimpahan artropoda ditentukan juga oleh praktek budidaya petani. Semakin beragam komoditi maka semakin tinggi pula kelimpahan artropodanya. Sistem polikultur cenderung mempunyai kelimpahan artropoda lebih tinggi dibanding monokultur.