Produksi wacana atau pengetahuan tidak pernah terlepas dari konteks situasi dan budaya. Sebaliknya, situasi dan budaya mempengaruhi produksi wacana atau pengetahuan tersebut. Wacana bersifat konstitutif dan juga tersusun, yakni adanya hubungan dialektik antara wacana dengan dimensi-dimensi sosial yang lainnya. Oleh sebab itu, perubahan politik dapat dipahami dan dilakukan dengan produksi dan perubahan wacana atau pengetahuan. Tesis ini telah menempatkan wacana masyarakat madani (civil society) dari Nurcholish Madjid sebagai wacana yang diteliti dalam hubungannya dengan perubahan politik di Indonesia menjelang Reformasi. Dengan menggunakan panduan analisis wacana kritis Norman Fairclough serta teori hegemoni Gramsci yang dipergunakan olehnya untuk menjelaskan ideologi, dua teks tentang masyarakat madani (civil society) yang ditulis oleh Nurcholish Madjid diteliti. Penelitian yang dilakukan dengan melakukan pendekatan kebahasaan (teks) dan non kebahasaan (praktik kewacanaan dan praktik sosial) telah menunjukan adanya antarkewacanaan yang dilakukan oleh Nurcholish Madjid diantara tatanan wacana (order of discourse) Orde Baru, Barat pasca Perang Dingin, serta mujtama madani yang dipopulerkan oleh Anwar Ibrahim. Antarkewacanaan itu telah mengarahkan common sense, terutama dari kelas menengah Islam di Indonesia, untuk menyatakan persetujuan terhadap makna masyarakat madani yang koreferensi kepada civil society dalam pandangan kebudayaan Barat. Persetujuan tersebut merupakan pokok terpenting dalam kuasa hegemoni untuk memastikan perubahan yang terjadi sesuai dengan kepentingan kelas kapitalis neoliberal yang sedang berkembang di Dunia Ketiga terutama pasca Perang Dingin dimenangkan oleh Amerika Serikat. Nurcholish Madjid dengan wacana yang diproduksinya telah menempatkannya sebagai pemimpin moral dan intelektual terpenting dalam war of position dalam kerusakan dan kelemahan wibawa negara. Penelitian ini telah menegaskan pentingnya produksi pengetahuan dan pembentukan common sense dalam memahami dan merencanakan sebuah perubahan politik. Bahwa kekuasaan dan penjajahan, atau kebergantungan bukan saja terdapat dalam bidang ekonomi dan politik, namun juga dalam bidang akademis dan intelektual atau imperialisme intelektual. Dalam hal inilah, kesadaran akan pandangan alam atau idiologi menjadi sangat penting.
The production of discourse or knowledge was never apart from sociocultural contexts, but in interaction each other. Discourse is constitutive and constituted, it is dialectical process between discourse and social practices. For that reason, political change can be understood and done by either production or reproduction discourse or knowledge. This thesis has put masyarakat madani (civil society) discourse of Nurcholis Madjid as that analyzed discourse in the Indonesian political change contexts toward Reformasi. By using both Critical Discourse Analyses theory of Norman Fairclough and Hegemony theory by Gramsci which are used explain ideology, two texts about masyarakat madani of Nurcholis Madjid are analyzed. The study that use linguistic analytical approach (text) and non-linguistic (discourse and sociocultural practice) have explain interdiscourse that produced by Nurcholis Madjid by using order of discourse of Orde Baru, post-cold war of West, and Mujtama Madani renowned by Anwar Ibrahim. The interdiscourse have led common sense, particularly of Indonesian Islamic middle class, to assert consensus to meaning of masyarakat madani that co-reference to civil society in the …