The impact of the corona virus has paralyzed the sector of the economy, social and culture. One of the protocols for handling a pandemic is social distancing, which is to keep the physical distance in social activities. People are encouraged to prioritize living at home. If you are forced to leave the house, you must keep a distance. As a result all activities involving the crowd are not allowed. Staging activities that involve the performer, stage, and the crowd's audience, including those affected by this protocol. In various activities bring up the term Work from Home. Related to staging activities, bring up the term Perform from Home, which is the activity of displaying performance art from home with individual actors. Staging from this house requires the presence of new media, namely a camera that captures the appearance as audio visual data which is then published on the internet to social media. Staging in front of the camera causes different rules. The rule is a combination of the rules of dramaturgy and cinematographic rules. This new rule is not widely understood by the performers. As a result, online staging does not pay much attention to the comfort of the audience. This article unveils the problem and tries to present a formulation that helps performing artists to present artwork that is comfortable to watch through online media. The method applied in this study is case analysis, which is empirical observation of various online appearance activities.
Abstrak
Dampak virus korona telah melumpuhkan sendi-sendi perekonomian, sosial dan budaya. Protokol penanganan pandemi salah satunya adalah social distancing, yaitu menjaga jarak fisik dalam beraktivitas sosial. Masyarakat dianjurkan untuk mengtamakan tinggal di rumah. Jika terpaksa keluar rumah, diharuskan untuk menjaga jarak. Akibatnya segala kegiatan yang melibatkan kerumunan tidak diperbolehkan. Kegiatan pementasan yang melibatkan pemain, panggung, dan kerumuman penonton termasuk yang terdampak oleh protokol ini. Di berbagai aktivitas muncul istilah Work from Home. Terkait aktivitas pementasan, muncul istilah Perform from Home, yaitu aktivitas menampilkan karya seni pertunjukan dari rumah dengan pemeran individu-individu. Pementasan dari rumah ini mengharuskan hadirnya media baru yaitu kamera yang menangkap penyajian sebagai data audio visual yang kemudian dipublikasikan dengan internet ke media-media sosial. Pementasan di depan kamera menyebabkan hadirnya kaidah yang berbeda. Kaidah tersebut merupakan perpaduan antara kaidah dramaturgi dan kaidah sinematografi. Kaidah baru ini belum banyak dipahami oleh khalayak pelaku seni pertunjukan. Akibatnya pementasan daring menjadi kurang memperhatikan kenyamanan penonton. Artikel ini mengungkap permasalahan tersebut dan berusaha menghadirkan formulasi yang membantu para seniman seni pertunjukan untuk menghadirkan karya seni yang nyaman untuk ditonton melalui media daring. Metode yang diterapkan dalam kajian ini adalah analisis kasus, yaitu pengamatan empiri terhadap berbagai aktivitas penyajian daring.