Penelitian ini bertujuan untuk melihat sistem siklus hidup dan perubahannya dalam masyarakat Bajo di Torosiaje. Penelitian dilakukan di tiga desa yang termasuk dalam Bajo Serumpun yakni Desa Torosiaje, Torosiaje Jaya dan Bumi Bahari. Pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan FGD. Temuan penelitian menunjukkan bahwa dalam melewati setiap siklus hidup pada masyarakat Bajo selalu dilakasaakan ritual/maupun tradisi adat. Pada fase kehamilan atau Bitta sudah dilaksanakan ritual pemasangan sangkine begitu juga pada fase ngana/ana’dilaksanan ritual berupa ngita ura (pemotongan tali pusar bayi), temuni, tiba kaka dan bantang. Pada fase bayi dilaksaakan ritual kukkor (gunting rambut) dan sunna (sunat bagi anak perempuan). Pada fase remaja dilaksanakan sunna,(sunnat bagi laki-laki) dan baiat bagi anak perempuan. Pada fase dewasa dan menikah dilaksanakan prosesi massuroh dan nabo botte. Sementara pada fase kematian/kapatayang dilaksanakan ritual melaku tana untuk penggalian kubur, dan ngalabangi untuk pelaksanaan doa tahlilan. Pemindahan suku bajo kemudian melahirkan segregasi pada masyarakat Bajo sehingga melahirkan istilah Bajo Darat dan Bajo Laut. Bagi Bajo Darat, bajo laut merupakan culture core atau pusat kebudayaan orang Bajo sehingga segala bentuk kebudayaan selalu merujuk pada Bajo Laut. Hal paling mendasar dalam perubahan dalam siklus hidup dari masyrakat Bajo adalah soal nilai dari sebuah ritual. Ritual pada masyarakat Bajo Darat tetap dilaksanakan, namun pada beberapa aspek seakan telah kehilangan esensi dari ritual tersebut. Perubahan yang terjadi selain karena faktor ekologi, ternyata kehadiran negara menjadi faktor yang turut mempengaruhi perubahan sosial masyarakat Bajo di Darat