Strategi sipil Aceh membuktikan bahwa tidak ada pilihan yang mudah saat konflik berkepanjangan terjadi. Kendati pun faktor keamanan menjadi faktor terbesar pelarian, ternyata primordialisme (rasa senasib sepenanggungan) mampu mengalahkan faktor keamanan dan ekonomi. Penelitian kualitatif dengan pendekatan sosiologi sastra dan dibantu teori strategi sipil ini bertujuan untuk mengetahui strategi sipil Aceh dalam melalui konflik GAM-RI. Untuk mendapatkan data berupa kutipan teks novel yang memuat konsep pelarian, dukungan, dan suara warga sipil saat terjadinya konflik dilakukan teknik kepustakaan, baca, dan catat. Teknik analisis data dilakukan dengan cara reduksi data, sajian data, penarikan kesimpulan, dan verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pelarian dimotivasi oleh faktor keamanan dan ekonomi sehingga warga sipil yang memilih menetap akan mengalami kendala di kedua faktor tersebut.(2) Mendukung GAM dimotivasi faktor cinta dan primordialisme, sedangkan mendukung aparat militer dimotivasi faktor keamanan dan ekonomi. Mendukung GAM berarti mendapatkan siksaan dari pihak militer dan mendukung militer berarti siap dimusuhi oleh mayoritas masyarakat sipil.(3) suara tidak terdengar karena tingginya represifitas militer. Bersuara dan memilih diam tetap mendapatkan berbagai tindakan kekerasan, bahkan bisa saja dibunuh. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa konflik sipil seringkali merugikan dan mengorbankan orang-orang yang tidak bersalah.